Short Rilex


Hari masih terlihat sangat mendung. Hujan yang turun sejak semalam masih menumpahkan kerinduannya kepada bumi hingga pagi ini. Kuraih tegukan terakhir air putih di gelasku dan bersiap menjadi astronot. Ya,, hari ini untuk pertama kalinya berangkat memakai peralatan anti hujan lengkap. Dimulai dengan memakai celana panjang. Celana kantor ditekuk dulu sampai lutut. kemudian jaket tebal, dan yang terakhir jas anti hujan. Ditambah memakai helm merah. Dan jadilah seperti astronot di pagi hari yang gelap itu. Haha.

Dan perjalanan itu dimulai...

Hujan yang berintensitas sedang-sedang lebat mulai membasahi pakaian astronotku. Lebatnya hujan yang menghadang tidak membuat nyaliku ciut. Justru terasa asyik berkendara sambil hujan-hujanan. Tentunya dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Jalanan mulai memburuk ketika memasuki area Bangkong. Di area ini aktivitas gedung sekolah mulai padat. Mobil-mobil yang hendak masuk ke sekolah membuat situasi agak tersendat. Mulai dari sini, pikiranku berubah dari yang semula “jangan terlambat” berubah menjadi “sing penting selamet tekan kantor”. Bismillah, jalanan yang padat itu mulai dapat terlewati. 

Tetapi... berikutnya akan menjadi sebuah klimaks.

Pemandangan yang tidak biasa terlihat di ujung jalan Mataram, tepatnya menjelang bundaran Bubakan. Air mulai menggenang dan semakin dalam. Banyak pengendara mulai bertumbangan di tepi jalan dan menuntun motornya. Hati ini mulai bimbang. Antara maju atau mundur. Banyak yang memilih putar balik, Bismillah akhirnya aku memilih maju. Semakin ke arah utara, air semakin dalam. Mula-mula menenggelamkan setengah ban, kemudian lama-lama menjadi satu ban utuh tenggelam. Jadilah pagi ini kendaraan berubah menjadi speedboat mode.


Dengan kecepatan stabil dan hanya masuk di gigi satu. Speedboat dadakan itu berjalan pelan membelah genangan banjir. Dan di jalan itu hampir aku sendiri yang menerjang. Banyak yang menepi dan mogok karena knalpotnya kemasukan air. Sempat was-was juga andai tiba-tiba kendaraan ini mati. Air pun terlihat hitam karena air selokan bercampur dengan air hujan.

Setelah melewati hadangan genangan yang cukup dalam, tiba saatnya memasuki kantor. Depan kantor pun air mulai menggenang dengan ketinggian agak dalam. Dengan instruksi bapak-bapak security, akhirnya bisa memasuki kantor dengan menghindari jalan yang sekiranya agak dalam. Sampai di tempat parkir, suasana agak mencekam karena lampu mati dan hanya beberapa kendaraan saja yang diparkirkan. Asli, dengan segala kerendahan hati, mata ini berkaca-kaca tak menyangka ternyata kendaraan tua ini masih mampu mengantarkan tuannya dengan selamat. Berasa menjuarai sebuah race dalam motoGP. Hehe.

Semoga kejadian ini membawa sebuah hikmah yang mampu menjadi pelajaran dan cerita yang spesial dalam kehidupan ini.