Edisi Rindu

Walau jarak terpisah, kau tetap milikku
Bayangan dirimu slalu kurindu...
Tlah kuterima surat darimu, kucoba membaca dan memahaminya
Bunga cinta...
Sungguh senang hatiku, dilanda asmara cintamu
Kekasihku...
Biarkan cintamu tercurahkan hanya untukku dan tertuliskan semua teruntukku
Kutulis indah balasan suratmu untuk dirimu yang slalu kurindu

Sebuah lagu yang mungkin cuma aku dan generasi pecinta musik Indonesia 2000-an awal yang tau siapa yang nyanyiin lagu ini. Bahkan lagu ini nggak ada video klipnya. Maklum, lagu yang lebih populer di pasaran (pada eranya) yaitu yang berjudul Lagu Untukmu dan Tak Harus Miliki.

Musik pop Indo yang ringan dan diselingi oleh hentakan dangdut yang membuat lagu ini terasa unik. Lagu ini menggambarkan sebuah kerinduan dua sejoli yang hanya bisa saling tersalurkan melalui sebuah surat. Zaman segitu yang pegang hape mungkin masih sedikit, jadi media persuratan dengan perangko menjadi idola.

Sekarang, zaman sudah modern. Dari yang sekedar surat, sekarang bisa sms, atau berhubungan pake media sosial lain.
Tinggal bagaimana menggunakannya dengan bijak. Kebanyakan pakai media sosial, nanti dikira mengumbar-umbar kemesraan -,-“. Ya kalo aku sih, cukup nampilin foto aku sama pacar buat nunjukin,, ini lho aku udah ada, ini lho dia udah ada. Bukan pamer ya, ya sekedar ngasih warning aja buat yang lain.
  
Lucu rasanya kalo aku bilang sama dia “aku kangen” tiap hari. Yang ada malah dia nya bosen. Tapi, jujur... Begitulah adanya... dan kadang hal ini buat fokusku sedikit goyang. Resiko tanggung penumpang. Dan jam segini biasanya beliau baru belajar (kalo nggak ketiduran ya).

Malam ini kangenku spesial, karena mungkin malam ini begitu banyak godaan yang ada. Dan jujur saja, nggak bohong. Tips saya mengilangkan godaan itu adalah...

Berhenti sejenak, menarik napas panjang, memejamkan mata, sambil bayangin betapa beruntungnya aku bisa punya kamu. Kamu, yang masih mau nerima sampah macam ini. Semoga maki kesana kamu nggak makin ilfil sama sampah yang makin lama makin keliatan busuknya.

Beruntungnya aku bisa ketawa sama-sama, bisa merangkai mimpi sama-sama. Yah meskipun hubungan kami masih seumur jagung, tapi aku percaya kamu yang terakhir buat aku, Bismillah. Hanya tinggal butuh waktu saja (padahal jek suwi, tapi ojo suwi-suwi) dan saling jaga kepercayaan.

Ngomongin kepercayaan, ada yang mau aku bilang soal LPJ. Kamu bilangnya LPJ kan :p. LPJ ku kali ini seharusnya aku cerit ke kamua soal yang kemarin, soal yang kemungkinan bakal ngeganggu pikiran aku, ganggu keyakinan aku. Yah, dan ternyata si mbak yang itu beracara di hotel yang sama dengan aku.

Aku cerita gini sungguh bukan keyakinanku goyah, aku hanya mau menyampaikan apa yang seharusnya menjadi laporanku padamu. Entah, aku belum tau apa reaksimu. Aku nggak mau ganggu fokus belajar kamu. Dan aku, satu pun nggak berpikir macam-macam. Ya kalo ini diriku 5 tahun yang lalu, kamu boleh makin curiga sama aku. Tapi kini, petualanganku sudah dihampir ujung jalan. Nggak mungkin aku balik lagi ke titik start.

Jujur saja, kamu boleh marah kalo emang kamu ngeliat ada yang salah sama aku. Tetapi setidaknya aku sudah terus terang. Terus terang itu sepele tapi susah. Bukan perkara bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak. Itulah kejujuran. Dan aku selalu lebih memilih kamu, yang bisa jaga emosi aku. Yang selalu bisa membuat aku sadar, membuat aku semangat.

Last, dan aku selalu mencoba untuk menjadi lebih, lebih, dan lebih memantaskan diri buat kamu...

Semangat belajar ya,, habis ini Line an lagi.

walau jarak terpisah, kau tetap milikku...

Hikayat Si Putih

Sebut saja Putih. Dia berpisah dari keluarganya yang berada jauh di kaki gunung. Bukan hanya dia saja, semua keluarga dan temannya pasti suatu saat akan mengalami yang hal yang sama. Merah, Merah Muda, Kuning, dan masih banyak lagi teman si Putih.

Entah ikhlas maupun tidak, terpaksa maupun tidak, itu sudah menjadi takdir mereka untuk pergi. Merantau ke kota-kota, bertahan hidup beberapa hari hingga akhirnya mati. Kematian mereka akan selalu dikenang sebagai kematian yang terhormat bak pahlawan.

Bagaimana tidak? Mereka mengeluarkan semua upaya untuk dapat memberi sebuah sinyum simpul kepada mereka yang memilikinya. Hanya dengan bantuan air, mereka berjuang untuk menularkan semangat yang tumbuh. Meskipun akhirnya harus gugur. Gugur yang (tanpa) meninggalkan bekas.

*****
Mungkin pagi itu sudah menjadi takdir pertemuanku dengan si Putih. Setelah beberapa lama berpikir, aku pun memilihnya. Putih identik dengan bersih dan suci. Dan itu selalu tertanam di kepalaku. Yang aku punya untukmu harus sesuatu yang putih dan bersih. Aku yakini itu semua. Bismillah. Selalu jaga putih itu hingga akhirnya nanti datang waktunya.

Beberapa jam kemudian, takdirmu untuk bertemu dengan si Putih. Yaah meskipun aku bukan seorang yang romantis, aku mencoba untuk ikhlas memberikannya dan membuat kondisi menjadi tidak sulit. Beberapa hari sebelum itu aku sudah bisa melihat tawamu dan senyummu kembali. Meskipun faktanya aku menempatkanmu pada posisi yang terjepit.  Kamu yang sabar yah. Aku sadar hari itu (harusnya) menjadi hari terakhir pertemuan kita sebelum kembali terpisah untuk beberapa bulan ke depan.

Aku titipkan semangatku kepada Putih yang mungkin hanya bisa bertahan paling lama 4 hari. Semoga semangatku benar-benar tertular dan senyummu selalu terkembang. Meskipun hidup tidak selalu senang, selalu ada yang bisa diambil dari rasa lelah dan sedih.
Aku berharap suatu saat akan menjadi si Putih. Memberimu semangat, bersamamu melewati sisa umur dan kemudian kembali kepadaNya.

*****
Saat ini, Putih sudah gugur dan semoga kamu sabar bisa menunggu kepulanganku selanjutnya. Aku akan terus menjaga apa yang sudah aku perjuangkan. Percaya kepada yang punya hidup semoga kita diberikan yang terbaik.
Aamiin.



Jakarta April-Mei

Mejeng dulu habis apel pagi

Warkop D K I edisi KW


Kena Bully!!!


Testimoni kawan-kawan edaan.. haha

Ini salah satu kelas yang meninggalkan kesan yang mendalam, baik buat saya maupun teman-teman saya yang lain...beberapa bulan yang lalu baru kepikiran diposting sekarang. Hehe.