Senyumlah, dan si manis pun tertawahadirkan rasa tuk berbagi cinta
Senyumlah, dan si manis pun tertawahadirkan rasa rindu di hati






ilusi

mengapa saya harus mengkhawatirkan hari esok? bahkan di hari ini saja belum tentu saya bisa menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Padahal satu tarikan nafas dan satu detakan jantung sungguh sangat berharga dalam perjalanan waktu.

Ingat, dulu saya pernah dalam kondisi seperti ini. Tahun pertama saya hampir bisa menjalaninya dengan baik. Hanya saja waktu itu saya lebih memilih untuk menjadi seorang average yang yaah.. pokoknya ikuti jalan saja.

Tapi kini, di posisi yang (hampir) baru tapi rasa lama, levelnya sungguh jauh berbeda. Akan ada banyak kepala manusia (?) yang bersliweran di benak saya. Akan ada banyak suara manusia (?) yang riwa-riwi di daun telinga saya. Akan ada banyak hati yang mungkin akan sakit dan luka apabila telinga ini terlalu banyak mendengar.

Bismillah...
Untuk segalanya yang semoga menjadi lebih baik.
karena, mungkin ini jalannya...

Senandung Segelas Kopi

Manusia selalu hidup dalam penyesalan, yah meskipun sudah terjadi dan tidak bisa dikembalikan lagi seperti sedia kala. Dan cerita harus terus berjalan seperti apa yang telah tertulis.

Penyesalan yang hadir pun bisa datang dari segelas kopi yang teracuhkan.

Seandainya...

Seandainya saja waktu itu, kopinya telah diseduh dan siap diminum maka cerita akan lain.

“Kenapa tidak meminumku?” gumam kopi dalam diamnya.

“Maaf kopi, aku takut tidak bisa tidur karenamu”

“Lalu, kenapa kamu takut tidak bisa tidur?” tanya kopi lagi.

“Maaf kopi, aku takut akan terjadi sesuatu dengan perlombaanku”

“Lalu, kenapa kamu takut dengan perlombaanmu?” lagi-lagi dia mencecar

“Maaf kopi, aku takut menjadi pecundang apabila gagal”

“Hmmm, dengan ketakutanmu seperti itu, kamu sudah menjadi pecundang, hei pecundang. Minumlah aku seteguk saja. Maka akan kujaga dirimu dari rasa kantuk dan lelah”

“Maaf kopi, aku terlalu takut denganmu malam ini” aku pun mulai muak dengan cecaran dari kopi.

“Bukankah kau sudah berjanji dengannya. Sebegitu jahatnya engkau, padahal aku hendak membantu kesulitanmu. Baik, kali ini kumaafkan. Lain kali, seduhlah aku tetapi jangan harap aku selalu membantumu melawan kantuk dan lelah yang menderamu


Begitulah sebuah penyesalan yang datang dari sesederhana menghiraukan bisikan segelas kopi.
angrycoffee

The love to you is alive in me every day
For love you are aside of me every day

(kosong)

diantara milyaran orang yang berkelas average, saya termasuk kategori yang payah...
tetapi saya tidak pernah menyerah
semua sudah digariskan oleh takdir dan apakah pernah ada pengkhianatan oleh usaha saya selama ini??

selalu saja, kalau pulang terasa berat
dari sini ke sana, bahkan di pikiran (ter)jahat..
pernah terasa berat pula dari sana ke sini
ahh.. itu cuma imajinasi...

get well soon, pemala