Iri tanda tak mampu
Nggak usah ada iri pun, sudah kelihatan kalau nggak mampu...
Menurut kacamata manusia, tetapi kalau yang di atas berkata memang mampu ya nggak perlu diragukan lagi
Tetap saja kan...

Jangan seringkali merendahkan diri dan merendahkan orang
Mungkin saja secara kebetulan, orang lain lebih dulu tahu, lebih dulu mengerti...
Tinggal jalani saja, nggak perlu berlebihan, semua sesuai takarannya...
Pas

berani??

Kilas balik
Denting jarum jam mulai bergerak menuju angka dua belas. Sama seperti biasanya, yang membedakan adalah denting ini akan bergerak menuju pergantian tahun. Dan (lagi-lagi) seperti biasanya, banyak hal yang senang dan sedih silih berganti datang. Bahkan bisa sekaligus keduanya datang bersama.
Sebenarnya cukup scroll bulan-bulan lalu saja sudah tahu apa yang terjadi selama setahun ini. Sedikit meringkasnya. Namun, beberapa hal yang perlu jadi aware.

Januari - Pulang ke Semarang untuk pertama kalinya di tahun 2016, alhamdulillah bisa jalan-jalan sama dik pacar yang hampir seminggu full. Datang di acara wisudanya, sambil bawa Beki yang diselingi dengan salah arah pas lari buat ngasihnya.

Februari - Pertama kalinya ngucapin ulang tahun buat dik pacar lagi. Jam 12 malem dari kota terpencil. Yang sayangnya nggak bisa pulang.

Maret - hari ultah saya dirayain sama banyak orang, rasanya jadi seneng. Ya, seneng aja. Dan si adik dari jauh sana, tiba-tiba ngucapin sambil buat video dan kue yang saya sendiri tidak mencicipinya. Iyalah. Haha. Kayaknya saya sih pulang ke Semarang, di akhir bulan kalau nggak salah

April - kayaknya.. kayaknya ya.. di bulan ini saya gagal. Sebut saja kegagalan terbesar di tahun 2016. Sempat down dan beberapa kali masih memakai topeng untuk menutupi kesedihan itu. Yaa, saya harus tegar.

Mei - beberapa kali isu berhembus, kalau saya akan balik ke kota. Yah, namanya juga isu.

Juni - merayakan bulan ramadhan di kota kecil, tiap weekend pulang ke kota besar. Hingga akhirnya di penghujung ramadhan saya harus berpisah dengan salah satu kawan terbaik saya disini.

Juli - alhamdulillah bisa berlebaran di rumah. Dan, kembali tangis saya pecah ketika harus sungkem dengan bapak ibu. Disitu saya menangis sedu karena saya merasa tidak bisa memberikan yang terbaik buat beliau, disitu beliau selalu menguatkan hati saya, membesarkan hati, dan.. Ibu adalah makhluk paling spesial di dunia.

Agustus - seminggu setelah masuk di kantor, akhirnya saya pulang ke kota. Sedih rasanya meninggalkan kota kecil ini. Dua tahun bersama, menjadi waktu yang spesial buat saya untuk menemukan keluarga baru. Sedih rasanya, sekaligus deg-degan untuk menjabat posisi baru.

September - posisi baru, hanya dengan level yang lebh tinggi, banyak kepala yang berseliweran. Alhamdulillah saya masih kuat. Bisa pulang Semarang yeeeee.

Oktober - dan hari itu tiba, saya kembali harus kehilangan the big man. Orang hebat yang selalu mementoring saya, mempersiapkan saya untuk berada di posisi sekarang. Tangis haru pecah saat melepas beliau kembali ke kampung halaman. Alhamdulillah bisa pulang Semarang, dan... alhamdulillah dia mau... mau apa hayooo...

November - kembali menduduki jabatan lama, rutinitas yang memliki tingkat kesulitan tinggi. Kembali mendengar nada dering telepon yang sering berbunyi.

Desember - bulan krusial. Kalau mau lebay, berasa nggak ada waktu buat narik napas. Semua harus dikerjakan cepat dan sesegera mungkin, frekuensi buat nelpon jadi berkurang, baik itu buat keluarga maupun buat pacar.

Solusi
Tentunya, di tahun depan harapannya selalu hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
“memperbaiki yang belum benar dan meningkatkan yang sudah baik”

Tujuan:
Rasanya badan ini sudah memiliki beban yang berat dengan lemak-lemak jahat. Hilangkan.
Bisa lebih sering sholat 5 waktu di masjid berjamaah, utamanya shubuh. Dengan menjaga shubuh berjamaah insya alloh bisa didekatkan dengan jodoh. Laksanakan. Pernah sekali rasanya di telinga, seperti ada yang membisik, nggak usah ke masjid. Dan ajaibnya, badan saya sukses untuk tidak beranjak dari kasur. Sedih rasanya. Semoga ke depan bisa melawan yang seperti ini.
Lebih memperbanyak sunnah-sunnah, misalnya puasa senin-kamis. Rasa malas sering muncul. Lawan.
Nikah?? Semua selalu mengharap yang terbaik. Ketika saya seakan optimis dan membayangkan hari-hari indah, seketika si Adik serasa pesimis. Mungkin itu di pikiran saya, sebenarnya yang ada di benaknya adalah realistis. Iya, realistis saja. Jangan selalu saya yang selalu berharap lebih, nanti malah jadi pepesan kosong dan hampa.

Intinya, tahun 2017 adalah tahun dimana saya harus lebih BERANI.

Berani???





Sleep

Tidur.
Merupakan salah satu hal yang kadang saya membencinya. Ketika saya tidur, saya seringkali merasa dunia saya sudah habis karena tiba-tiba waktu berlalu. mungkin.
Karena di dalam tidur pula, saya membenci apa itu mimpi. Sebuah gambaran yang seringkali saya tidak mampu mengendalikannya, ya,, meskipun di dalam mimpi itu saya bisa melakukan hal-hal yang di luar akal sehat. Saya bisa terbang, saya bisa mengalahkan monster-monster, saya bisa menyelam di laut yang sangat dalam, dll. Terkadang, tapi sangat jarang sekali, saya tahu dan saya sadar kalau saya sedang bermimpi. Senang bisa mengendalikan mimpi itu.

Manusia butuh tidur, ya 5-8jam tiap malamnya. Sering saya tidur dengan penuh khawatir, apakah bisa bangun tepat waktu, sebelum shubuh misalnya, atau sebelum sahur... atau... memang mau bangun siang. Hei, itu masih tepat waktu, kalau saya menginginkannya bukan? Sejak kecil, ibu saya menanamkan untuk selalu bangun pagi. Entah itu dengan diguncang-guncang, dipercikkan air, bahkan dulu di awal saya jauh dari rumah. Nggak pernah absen buat bangunin. "Wes shubuhan durung?" sempat beberapa kali kesel, karena mungkin ibu nggak tahu, semalaman saya begadangan. Ok. Ibu tidak mau alasan itu, yang penting kamu bangun, sholat, dan silahkan tidur lagi. Tapi siap-siap, kamu akan terbangunkan kembali.

Sialnya, saya malah begitu mencintai tidur. Entah itu di ruangan, atau di depan televisi, bahkan beberapa kali di bioskop. Ketika saya (ter)tidur, saya akan menyesal ketika bangun. Bagaimana bisa saya melewatkan waktu dengan tidak menyadarkan diri? Apa saja yang telah terjadi di semesta ini ketika saya tidur?

mungkin rotasi bumi sudah berjalan berjuta kilometer?
mungkin kawanan lumba-lumba di Samudra Atlantik telah menemukan rumahnya?
atau mungkin sebuah proyek pengaspalan jalan sudah selesai dikerjakan?

begitu banyak hal berharga yang sudah saya lewatkan ketika saya tidur.
semakin saya membenci tidur, semakin mudah saya akan tertidur.
ya,, seperti itulah.

ketika tiba-tiba gawai yang saya mainkan (sambil tiduran) sudah terjatuh tak beraturan.
itulah saatnya saya untuk mencintai tidur... melewatkan waktu yang berharga...
untuk mengisi kembali energi
dan nantinya akan melewatkan waktu yang berharga keesokan harinya...
tinggal bagaimana saya memilih, bahagia di mimpi atau bahagia dengan waktu.

Selamat tidur dan selamat beristirahat...


Petuah

“Aku yakin koe iki sakjane iso, mung sing wingi koe rodo overconfident wae”

Sebuah kalimat yang terlontar, ditujukan untuk memperbaiki diri ini yang hampir selalu mendewakan kejumawaan semu. Padahal sungguh seandainya itu merupakan sebuah kelebihan, itulah semata-mata anugrah dari yang maha kuasa. Dan aku tidak boleh melangkahi kehendakNya.

Sayangnya, seringkali khayalan ini selalu berusaha mengejar jarum jam yang sudah berdetak sesuai iramanya. Aku sering berkhayal mengenai apa yang sesuatu itu bahkan belum aku jalani. Entah itu berupa gambaran positif ataupun gambaran negatif. Hasilnya pun sudah tentu, merusak mood dan konsentrasi masa sekarang.

Andai yang ada di benakku merupakan sesuatu yang positif, tubuh ini akan bereaksi berlebihan. Seolah-olah apa yang ada di benak itu pasti terjadi. Dan di akhir cerita, aku akan tersenyum lebar penuh kemenangan. Menang terhadap apa? Entah. Hingga muncul suatu bentuk overpede, anggap remeh, tidak serius, dll. Faktanya? Tidak sedikit aku harus gigit jari di akhir cerita.

Sebaliknya, andai yang ada di benakku adalah sesuatu yang negatif, seolah-olah semesta tidak merestui semuanya. Jadilah tersisa sebuah badan yang nyaris tak memiliki arti hidup. Akan ada sesosok yang super optimis...untuk gagal. Hingga akhirnya tidak akan muncul fighting spirit, kelah sebelum bertanding. Kalah terhadap apa? Entah. Dan di ujung cerita akan muncul pembelaan dan pemakluman atas kegagalan itu.

Tidak bisakah aku hidup normal?
Menjalani satu per satu cerita hidup, tanpa harus melihat hidup yang lain, dan tidak perlu mengambil beberapa langkah ke depan/
Apa yang terjadi ya itulah rejeki yang ada... buat kita, buat detik waktu yang mengiringi langkah hidupku.

Masa beberapa waktu dari sekarang...

Aku pun masih berjalan dengan waktu dan membiarkannya bergerak liar melebihi apa yang seharusnya ia tidak mampu melebihinya.

Percaya

Percayalah
Alloh itu tidak tidur

Percayalah
Alloh itu tidak tidur

Percayalah
Alloh itu tidak tidur

Percayalah
Alloh itu tidak tidur

Empat kali saya mengetik hal yang sama, bukan hanya copy paste. ya, benar-benar mengetik. pake beberapa jari.
Hal yang sama, yang saya lakukan kemarin, pagi tadi, siang tadi, sore tadi, petang tadi, esok pagi, esok siang, esok petang, dan esoknya lagi. Begitu terus.

Dan bahkan begitu ketikan "baris" yang pertama selesai, saya masih percaya
Gusti mboten sare....

dan ini bukan salah Tuhan, Tuhan tidak pernah salah
Salahkan saja semuanya kepada manusia
Bukankah manusia ciptaan Tuhan? Jadi?

Bukankah manusia itu yang tertidur, sedangkan dia yang terjaga....